Waktu itu saya tidak sengaja menemukan buku kumpulan cerpen ini di satu pameran buku di dalam sebuah mal setelah habis makan dari D' Cost ~salah satu restoran favorit saya, he he..~ di dalam mal yang sama.
Judulnya dalam bahasa Indonesia berarti Penerjemah Luka (merupakan salah satu judul cerpen di dalamnya)
Isi bukunya relatif bagus. Karena buku ini merupakan karya pemenang Pulitzer Prize, salah satu ajang kompetisi penulisan bergengsi di Amrik yang isinya mengenai ulasan budaya lain yang juga ikut berbaur di Amrik. Seperti penulis buku ini, Jhumpa Lahiri yang mengangkat tema kehidupan masyarakat atau pendatang India di Amrik.
Masing-masing cerpen memiliki jalan cerita yang cukup menarik. Tapi dibandingkan jalan ceritanya saya lebih suka menikmati bagian-bagian tertentu dari isi di dalamnya. Berikut sedikit ulasan yang bisa saya berikan :
- Masalah Sementara : Pasangan suami istri yang sudah mulai tidak harmonis; Shoba dan Shukumar membuat kebiasaan baru setiap pukul 8 malam saat listrik dipadamkan karena kabelnya harus diperbaiki setelah badai salju : mereka saling menceritakan sesuatu yang belum diketahui oleh yang lainnya. Sampai pada akhirnya Shukumar mengakui sesuatu yang membuat saya ikutan ingin menangis : Tidak seperti yang dikira Shoba selama ini, Shukumar ternyata sempat melihat bayi mereka yang langsung meninggal setelah dilahirkan, sebelum bayi kecil yang tak sempat dilihat ibunya itu dikremasi. Shukumar mengatakan tangan putra mereka mengepal, persis seperti tangan Shoba sendiri saat ia sedang tidur....
- Ketika Mr. Pirzada Mampir Makan Malam : Yang menarik buat saya adalah ketika Lilia menerima aneka permen setiap malam dari sahabat orangtuanya yang datang berkunjung setiap malam pula, yaitu Mr. Pirzada. Lilia menyimpan permen-permen itu seperti harta pribadinya. Yang lainnya lagi yang menarik adalah, kenyataan bahwa orangtua Lilia (yang hindu) bersahabat dengan Mr Pirzada asal Pakistan (yang muslim) pada saat kedua negara itu tengah konflik dan kedua agama sedang bermusuhan.
- Penerjemah Luka : Mr. kapasi selain sebagai tour guide juga bekerja sebagai asisten seorang dokter yang membutuhkan bantuannya untuk menerjemahkan bahasa Gujarat yang kebanyakan dipakai pasiennya. Setelah membaca cerpen ini saya baru sadar betapa besar peran seorang penerjemah. Apalagi seorang penerjemah memikul kewajiban untuk mengartikan secara tepat alih bahasa dua bahasa yang berbeda supaya nggak mengakibatkan sesuatu yang fatal
- Durwan Sejati : Bercerita tentang seorang penjaga gedung (durwan) apartemen, mantan pengungsi dari Pakistan, bernama Boori Ma yang suka membual tentang masa lalunya sebelum dideportasi ke Calcutta. Yang katanya sangat menyenangkan dan dikelilingi kemewahan serta sangat bertolak belakang sekali dengan keadaaannya saat ini yang hanya bisa tinggal di bawah tangga dan beralas tidur kasur tipis. Tentu saja semua orang menganggap dia hanya membual. Kenapa ya ada manusia yang senang membual...?
- Rumah Mrs. Sen : Elliot dititipkan ibunya di rumah Mrs. Sen, seorang wanita India istri dosen. Eliot senang tinggal di rumah wanita yang belum memiliki anak itu karena dia diperlakukan seperti anak sendiri oleh Mrs. Sen. Dia dipeluk waktu turun dari bis sekolahnya, diberi cemilan cracker saat siang hari, dan diajak makan bersama saat Mrs. Sen mengunjungi suaminya di kampus. Itu mungkin salah satu saat yang paling membahagiakan bagi anak laki-laki yang ayahnya sudah bercerai dengan ibunya dan ibunya tidak bisa berada di rumah sepanjang hari karena bekerja.
- Pengobatan Bibi Haldar : Bibi Haldar adalah nama seorang wanita India berusia hampir 30 tahun yang mengidap penyakit misterius dan membuat orang tidak ada yang tertarik untuk menikahinya walaupun dia sangat ingin sekali untuk menjadi seorang istri dan seorang ibu. Meski begitu dia beruntung karena dimanjakan oleh tetangga-tetangganya yang suka membelikan makanan dan pakaian dan membela saat si Bibi itu dikasari oleh sepupunya yang sudah tidak mau lagi bertanggung jawab kepadanya.
- Benua Ketiga dan Terakhir : Sebagai mahasiswa perantauan dari India, tokoh utama cerita ini cukup beruntung karena menemukan kamar sewaan yang murah milik seorang wanita bangsawan berusia 103 tahun bernama Mrs. Croft. Walaupun bukan tanggung jawabnya, tapi karena didorong rasa kasihan terhadap wanita tua itu ia menemaninya setiap pulang kuliah/ bekerja dan menanggapi perbincangan dengan wanita itu yang isinya hanya tentang penancapan bendera di bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar