Selasa, 24 Agustus 2010

Menghormati Hak Asasi Beragama

Saya tahu film kartun anak-anak berjudul "Ganesha" yang menampilkan dewa Ganesha dalam wujud yang lucu menggemaskan. Bahkan saya yang melihatnya berharap dapat mengelus kepala dewa berkepala gajah itu. Apalagi, pikir saya, para anak-anak.

Namun harus saya akui saya tidak sadar benar, apa arti simbolisme dewa Ganesha dalam keyakinan mereka yang beragama tertentu. Sehingga ketika muncul wacana protes keras mengenai penggambaran dewa gajah kecil itu di alas kaki (sendal) dari pemeluk agama tersebut saya pun cukup terperanjat.

Bukan kah itu seperti gambar tokoh kartun upin & ipin, spongebob, dan lain-lainnya, pikir saya... Dalam image kerohaniannya tentu Ganesha punya citra yang berbeda dari yang dikartunkan. begitu pikir saya lagi. Jadi kenapa mereka marah?

Saya ingin tahu tapi saya tak bertanya. (Memangnya harus bertanya kepada siapa? semua orang pasti memiliki jawaban subjektif) Saya justru merenungkan dengan diri saya sendiri, seandainya seorang makhluk Tuhan yang sangat saya junjung tinggi di dalam agama saya dilecehkan melalui penggambaran negatif oleh orang yang tidak menghargainya seperti saya, apakah saya akan marah atau tidak marah? Tentu saja saya pasti marah. Sesuatu di dalam hati saya pasti akan ada yang terluka. Jadi saya akhirnya mengerti apa arti pelecehan agama yang sebenarnya.

Melecehkan agama seseorang bukan sekedar berarti kita melecehkan tokoh-tokoh yang dikultuskan dalam agamanya. Orang yang memeluk suatu agama itu pun mungkin tidak memahami hakikat kerohanian tokoh yang dijunjung tinggi di dalam agamanya sehingga bahkan gambarnya pun tidak boleh diperlakukan dengan semena-mena begitu. Tapi kalau umat agama tersebut tersinggung, apakah umat agama lain harus bingung, kenapa bisa begitu?

Tidak kah kita sadar, ketika kita meyakini sesuatu kita pun menjadi tunduk di bawah sesuatu itu dan menjadikan kita dan simbolisme agama kita tersebut adalah satu ikatan? Sehingga ketika simbol agama kita dilecehkan bukan pelecehan simbol itu yang penting, tapi perlukaan terhadap hati nurani orang yang menganggap simbol tersebut begitu pentingnya dalam hidupnya yang paling harus diperhatikan.

Jadi, berhentilah bersikap seperti orang yang tidak punya kemuliaan untuk mampu menghargai pribadi dan keyakinan orang lain... Ingat, anda melukai hati nurani orang, bukan cuma melawan ajaran agamanya yang bagi anda "tak apa-apa".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar